Bila kita mendengar kata "politik'',maka yang ada dalam
benak kita adalah partai-partai politik atau suatu cara yang ditempuh seseorang
dalam pencapaian tujuannya. orang sering menyamakan politik dengan kekuasaan,
menghalalkan segala cara dengan mengesampingkan pedoman-pedoman hidup demi
tercapainya suatu tujuan. Hoogerwerf (1979:45)"siapa memperoleh apa,
bilamana, dengan cara apa". Begitulah kira-kira gambaran buruk tentang
politik. Nilai negatif pada politik membuat kita bertanya apa eksistensi
politik itu.
Pada tanggal 9 april 2014 kemaren seluruh rakyat Indonesia baru saja megadakan
pemilihan umum untuk memilih para caleg yang akan meduduki kursi DPR,DPRD,DPD. Dalam masa kampanye para caleg mengeluarkan buah pikiran untuk menata
masyarakat Indonesia pada masa akan datang yaitu berupa visi dan misi yang akan
dijalankan.dari semua visi dan misi yang ditawarkan masing-masing kandidat
caleg menurut saya tidak ada yang jelek, namun yang menjadi pertanyaan besar
adalah bagaimana visi dan misi tersebuit bisa dijalankan sesuai harapan dan
cita-cita bangsa Indonesia
Menurut kusumaatmadja (2004:Online) “Seorang politisi
yang hanya sekedar cerdas dan berpengetahuan bisa memunculkan visi, namun visi
itu tidak menyentuh hati nurani orang banyak karena sang politisi yang pandai
tersebut tidak memancarkan nilai-nilaiyang menjadikannya layak dipercaya”. visi
adalah sekunder dan yang primer adalah moralitas politik.
Problem besar yang telah menyeret negeri ini ke dalam situasi krisis yang paling berkepanjangan adalah hilangnya penghargaan terhadap nilai (value). Nilai-nilai seperti kesederhanaan, kejujuran, ketekunan, kerja keras, serta berbagai nilai positif lainnya semakin tidak dihargai dalam kehidupan masyarakat kita saat ini, malah dicemoohkan.
Problem besar yang telah menyeret negeri ini ke dalam situasi krisis yang paling berkepanjangan adalah hilangnya penghargaan terhadap nilai (value). Nilai-nilai seperti kesederhanaan, kejujuran, ketekunan, kerja keras, serta berbagai nilai positif lainnya semakin tidak dihargai dalam kehidupan masyarakat kita saat ini, malah dicemoohkan.
Budaya instan yang semakin kuat berkembang telah
meminggirkan penghargaan terhadap berbagai nilai tersebut. Maraknya korupsi dan
politik uang, kasus caleg yang berijazah palsu serta berbagai kasus lainnya,
semakin mempertegas betapa saat ini tujuan menghalalkan cara. Demi
mempertahankan dan atau meraih kedudukan dan kekuasaan, segala cara dilakukan
termasuk menggunakan kekerasan. Membayar menjadi celeg dengan nomor urut jadi
sudah menjadi hal yang umum dan wajar, karena jabatan dan kekuasaan dipandang
sebagai kendaraan yang efektif untuk secara instant menjadi kaya, ini sekaligus
juga meningkatkan status sosial untuk mendapatkan penghargaan dan penghormatan,
ungkapan bahwa "politik kotor" menjadi pembenaran terhadapa perilaku
politik yang menerabas nilai-nilai dasar yang seharusnya menjadi pegangan
bersama hilangnya penghaegaan terhadap nilai memberi montribusi yang sangat
besar terhadap kekacauan yang terjadi selama ini dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta menjadi pengahambat bagi berkembangnya kehidupan
demokrasi yang sehat.hal. ini merupakan upaya awal untuk mengkonsolodasi
kembali penghargaan terhadap nilai (value) agar menjadi landasan utama guna
menyehatkan kehidupan perpolitikan di tanah air.
Nilai yang dianut oleh seseorang atau komunitas dapat
dilihat dari sikap-sikap yang muncul, tidak hanya lewat ucapan. Bahkan salah
satu ukuran untuk melihat nilai yang dianut seorang politisimadalah dari
pendiriannya dalam menaggapi masalah-masalah kemasyarakatan serta juga sikapnya
dalam membawa diri dalam jabatan publik. Oleh karena itu, penting untuk
mengetahui sikap-sikap dasar dari seorang politisi, karena pendapat serta
keputusan politik maupun kompromi-kompromi yang dilakukanya merupakan refleksi
dari nilai-nilai politik yang dianutnya. kalau sang politisi tersebut
memantulkan konsistensi antara nilai-nilai yang dianutnya dengan gaya hidupnya,
dengan caranya berkomunikasi maupun melalui pendekatannya ketika merumuskan
keputusan, juga kompromi politik, maka orang tersebut bisa disebut sebagai oaring
yang mempunyai integritas.
Jika publik sudah yakin bahwa seseorang mempunyai
integritas, maka dia menjadi orang yang dapat dipercaya dan dengan demikian
dapat melakukan tugas politknya dengan modal sosial yang mendasar yang namanya
kepercayaan (trust). Pihak yang berpendapat beda, bahkan yang ideologinya beda
pun dapat mempercayainya, sehingga perdebatan yang terjadi akan selalu membawa
konvergensi. Kalau interaksi politik dilakukan dalam iklim saling mempercayai,
maka aka timbul modal sosial yang kedua yaitu harapan (hope).
Cobalah kita renungkan apa yang
terjadi di Indonesia yang kita cintai ini. Kalau bisa disimpulkan secara
sederhana yang terjadi adalah krisis kepercayaan yang kemudiaan menciptakan
hilangnya harapan akan masa depan. Hilangnya kedua modal sosial tadi, yaitu
kepercayaan dan harapan, menyebabkan kita tidak kunjung bisa mencari solusi
berbagai problem besar bangsa ini seperti korupsi, kolusi, nepotism, kekerasan,
ketidakbecusan dan gejala rasa mati.oleh karena itu politik berbasis nilai
mempunyai fungsi yang penting dalam memulihkan krisis yang melanda bangsa.
Nilai-nilai yang baik jika dipraktekkan oleh seseorang yang punya integritas,
akan menciptakan dua modal sosial yang amat berharga yaitu kepercayaa dan
harapan. Jika pemimpn konsisten mengembangkan kepercayaan dan harapan maka
solusi pun muncul seperti sinar ditengah kegelapan. Ketika itu visi menjadi
penting, karena visi itu hanya berguna dalam suasana pencerahan. Oleh karena
itu visi hanya berguna sebagai konsekuensi dari nilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar